Selasa, 17 Juni 2014

Sebuah Ikhtiar : Gagasan Seorang Calon Guru


PROFETIK TEACHER
“Menjadi guru taladan, jalan kenabian”
Kasri Riswadi*

Tugas mengajar tidak bisa disamakan dengan mencari pangkat ataupun popularitas. Karena, memang dalam tugas tersebut seorang guru adalah lebih mulia dan lebih luhur dari pada yang lain. Sehingga ketika suatu keilmuan semakin mulia dan memberikan banyak manfaat bagi manusia, maka hal itu  dapat mengangkat derajat seorang guru menjadi lebih mulia dan lebih tinggi. Sebaik-baik ilmu adalah ilmu syari’i, tetapi disisi lain ilmu yang lain tidak juga dikesampingkan, apatahlagi keilmuan itu menyangkut profesi yang akan kita geluti. Jadi, dibutuhkan keseimbangan serta sikap professional untuk menjalani proses pendalaman keilmuan kita, terkhusus menjadi seorang guru atau pendidik. Artinya, disatu sisi mendalami disiplin keilmuan yang kita geluti, tetapi disisi lain juga perlu untuk mempelajari ilmu syari’i. karena disiplin keilmuan inilah yang akan menjadi landasan dan pegangan dari seorang guru/pendidik untuk menjalankan profesinya dengan penuh amanah dan tanggung jawab.
Ilmu, amal, dan keikhlasan merupakan urgenitas dan sebuah prinsip yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Memang hal ini tidaklah mudah dimiliki oleh oleh kebanyakan para pendidik, sehingga begitu banyak ilmu yang seharusnya berguna dan bermanfaat, namun tidak berbekas pada diri murid didikannya.
Jika seorang guru ikhlas beramal semata untuk Allah semata dan mengamalkan ilmunya demi untuk kemanfaatan kemanusiaan, mengajarkan kebenaran, kebaikan, serta memberantas kebodohan, maka semua itu dapat memperbanyak kebaikan kita, juga menambah ganjaran disisi Tuhan, sebagaiman sabda Rasul dalam suatu Hadits Shohih : “semua amal tergantung dengan niat”,. Juga dalam hadits lain yang menjelaskan tentang keutamaan memberi pengajaran yang baik kepada menusia, Rasulullah bersabda : “sesungguhnya Allah, malaikat, penghuni langit dan Bumi, hingga semut yang berada dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada dalam lautan, bersama-sama mendo’akan kesejahteraan bagi seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”.
Seorang guru tidak hanya dibebani dengan materi pelajaran saja, melainkan juga mempunyai tanggungan yang lebih berat lagi, yaitu beban yang menuntut kesabaran dari seorang guru, memikul amanat dan nasehat serta melindungi anak muridnya. Terlebih di zaman yang yang serba modernitas ini, ini adalah sebuah tantangan , sebuah tantangan karena tidak semua orang/guru dapat melakukan itu.
Oleh karenanya, sebagai sebuah tantangan maka sepenuhnya kita pun harus mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan tersebut. Bukankah dalam ajaran agama kita, bahwa  melawan tantangan juga adalah bagian dari jihad. Karena jihad jangan hanya dipahami, dimaknai, dan diidentikkan dengan peperangan. Tetapi lebih dari itu jihad harus dipahami dalam arti luas. Bahwa jihadnya seorang guru adalah menjalankan amanah sebaik-baiknya dengan senantiasa memberikan pelayanan terbaik, mengajarkan kebenaran dan kebaikan serta menunjukkan teladan yang baik bagi murid-muridnya.
“kalian semua adalah pemimpin, dan bertanggung-jawab atas apa yang dipimpinnya”, semoga kata-kata dalam hadits itu dapat mewakili segalanya… bertakwalah kepada Tuhanmu dalam mendidik anak muridmu, dan janganlah menipu mereka. Ajarilah mereka keilmuan dan etika… berikanlah juga nasehat serta jangan pelit untuk memberikan yang terbaik buat mereka, karena merekalah pilar masa depan dan harapan umat dan bangsa.
Wallahu a’lam. Sholawat serta salam semoga tetap mengalir keharibaan sang guru sejati, guru diatas segala guru, guru yang sebenarnya, Rasulullah Muhammad Saw. Walhamdulillahi Rabbilalamin.
*Ketua KORKOM IMM  Unismuh Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar