PROFETIK
TEACHER
“Menjadi
guru taladan, jalan kenabian”
Kasri Riswadi*
Tugas
mengajar tidak bisa disamakan dengan mencari pangkat ataupun popularitas.
Karena, memang dalam tugas tersebut seorang guru adalah lebih mulia dan lebih
luhur dari pada yang lain. Sehingga ketika suatu keilmuan semakin mulia dan
memberikan banyak manfaat bagi manusia, maka hal itu dapat mengangkat derajat seorang guru menjadi
lebih mulia dan lebih tinggi. Sebaik-baik ilmu adalah ilmu syari’i, tetapi
disisi lain ilmu yang lain tidak juga dikesampingkan, apatahlagi keilmuan itu
menyangkut profesi yang akan kita geluti. Jadi, dibutuhkan keseimbangan serta
sikap professional untuk menjalani proses pendalaman keilmuan kita, terkhusus
menjadi seorang guru atau pendidik. Artinya, disatu sisi mendalami disiplin
keilmuan yang kita geluti, tetapi disisi lain juga perlu untuk mempelajari ilmu
syari’i. karena disiplin keilmuan inilah yang akan menjadi landasan dan
pegangan dari seorang guru/pendidik untuk menjalankan profesinya dengan penuh
amanah dan tanggung jawab.
Ilmu, amal, dan keikhlasan merupakan
urgenitas dan sebuah prinsip yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Memang
hal ini tidaklah mudah dimiliki oleh oleh kebanyakan para pendidik, sehingga
begitu banyak ilmu yang seharusnya berguna dan bermanfaat, namun tidak berbekas
pada diri murid didikannya.
Jika seorang guru ikhlas beramal semata untuk
Allah semata dan mengamalkan ilmunya demi untuk kemanfaatan kemanusiaan,
mengajarkan kebenaran, kebaikan, serta memberantas kebodohan, maka semua itu
dapat memperbanyak kebaikan kita, juga menambah ganjaran disisi Tuhan,
sebagaiman sabda Rasul dalam suatu Hadits Shohih : “semua amal tergantung dengan niat”,. Juga dalam hadits lain yang
menjelaskan tentang keutamaan memberi pengajaran yang baik kepada menusia,
Rasulullah bersabda : “sesungguhnya
Allah, malaikat, penghuni langit dan Bumi, hingga semut yang berada dalam
lubangnya, bahkan ikan yang ada dalam lautan, bersama-sama mendo’akan
kesejahteraan bagi seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”.
Seorang guru tidak hanya dibebani dengan
materi pelajaran saja, melainkan juga mempunyai tanggungan yang lebih berat
lagi, yaitu beban yang menuntut kesabaran dari seorang guru, memikul amanat dan
nasehat serta melindungi anak muridnya. Terlebih di zaman yang yang serba
modernitas ini, ini adalah sebuah tantangan , sebuah tantangan karena tidak
semua orang/guru dapat melakukan itu.
Oleh karenanya, sebagai sebuah tantangan maka
sepenuhnya kita pun harus mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan
tersebut. Bukankah dalam ajaran agama kita, bahwa melawan tantangan juga adalah bagian dari
jihad. Karena jihad jangan hanya dipahami, dimaknai, dan diidentikkan dengan
peperangan. Tetapi lebih dari itu jihad harus dipahami dalam arti luas. Bahwa
jihadnya seorang guru adalah menjalankan amanah sebaik-baiknya dengan
senantiasa memberikan pelayanan terbaik, mengajarkan kebenaran dan kebaikan
serta menunjukkan teladan yang baik bagi murid-muridnya.
“kalian
semua adalah pemimpin, dan bertanggung-jawab atas apa yang dipimpinnya”, semoga kata-kata dalam hadits itu dapat
mewakili segalanya… bertakwalah kepada Tuhanmu dalam mendidik anak muridmu, dan
janganlah menipu mereka. Ajarilah mereka keilmuan dan etika… berikanlah juga
nasehat serta jangan pelit untuk memberikan yang terbaik buat mereka, karena
merekalah pilar masa depan dan harapan umat dan bangsa.
Wallahu a’lam. Sholawat serta salam semoga
tetap mengalir keharibaan sang guru sejati, guru diatas segala guru, guru yang
sebenarnya, Rasulullah Muhammad Saw. Walhamdulillahi Rabbilalamin.
*Ketua KORKOM IMM Unismuh Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar