Senin, 06 Januari 2014

TANTANGAN KADER MUDA MUHAMMADIYAH ABAD KEDUA


Muhammadiyah telah memasuki umur abad kedua, tentunya harus mulai melakukan pembenahan pada internal kader. Termasuk persoalan  orientasi dan arah perkaderan di tubuh Muhammadiyah.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kakanda Dahlan lamabawa (ketua Majelis Tabligh dan Dakwah khusus PW. Muhammadiyah Sul-sel)  saat ditemui di ruang kerjanya, sabtu 20 desember  2013. Berikut petikan wawancara bersama beliau:

Selama ini sebagai kader, bagaimana pandangan kakanda tentang arah kader Muhammadiyah?
Bicara arah kader Muhammadiyah, maka kita kembali dulu kepada sejarah akan kehadiran dan tantangan dakwah Muhammadiyah.
Awal kelahirannya, tantangan dakwah Muhammadiyah adalah Takhayyul, bid’ah dan khurafat. Kemudian tantangan lain adalah penjajahan dan kemiskinan. Oleh karena itu maka arah orientasi dari kadernya adalah gerakan Al Ma’un.
Selanjutnya, Muhammadiyah kini 1 abad sudah berlalu tentunya yang ada adalah tantangan-tantangan baru pula, misal adalah tantangan kehidupan globalisasi, terkhusus lagi untuk generasi muda. Maka arah kaderisasinya dikembagkan lagi baik melalui ortom maupun lembaga pendidikannya. Adapun arah orientasinya adalah pada penciptaan dan pemetaan untuk kader umat, bangsa dan persyarikatan.
Bagaimana Untuk peran keder Muhammadiyah di lembaga pendidikan Muhammadiyah?
Sejauh ini peran kader Muhammadiyah cukuplah signifikan, itu karena mereka teruji untuk mengisi dan melanjutkan apa yang diperjuangkan, tidak seperti yang bukan kader yang juga terbukti tidak teruji. Makanya kader harus dipelihara, sebagaiman Kuntowijoyo mengatakan bahwa kader adalah generasi Islam yang tidak terpecah akhlaknya.
Bagaimana bentuk kesinambungan kader antar ortom Muhammadiyah?
Bentuk kesinambungan juga adalah sesuatu yang mesti untuk kita sikapi kembali. Karena kesinambungan ini kalau kita lihat dalam bebrapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan. Itu dikarenakan transformasi kader antar ortom tak lagi berjalan secara maksimal. padahal hakekatnya ortom sebagai kader perlu akan adanya tranformasi kader itu sebagai bentuk kaderisasi yang terstruktur dan berkelanjutan di antara ortom Muhammadiyah. kemudian sebagai upaya untuk itu kiranya perlu duduk bersama antar kader ortom guna merumuskan dan mempertemukan kembali kembali sistem perkaderan. Itu pernah dilakukan dahulu, tepatnya tahun 1999 di Pare-pare ketika para pimpinan ortom tingkat wilayah, dimana Pemuda Muhammadiyah yang diketuai oleh Irwan Akib, NA oleh Nurlina Aziz, IMM oleh Dahlan Lama Bawa serta IPM oleh Syahrir Rajab, duduk bersama khusus membicarakan itu. Sehingga aada keputusan yang dihasilkan misalnya, kader TM 2 di IPM maka dapat untuk langsung DAM di IMM, kemudian IPM dan IMM ke pemuda Muhammadiyah adalah tanpa syarat, sama halnya untuk IPMawati dan IMMawatike NA juga seperti itu. Alasannya karena dipahami bahwa sudah dikader maka yang dibituhkan selanjutnya tinggal proses dan adaptasi.
Rekomendasi apa yang akan dipersiapkan terkait kader dalam Muhammadiyah?
Kalau untuk rekomendasi maka yang perlu dipersiapkan oleh kader Muhammadiyah adalah sikapnya dalam menghadapi tantangan abad ke-2 ini, tantangan paling riil yang meliliti sekarang misalnya istilah sipilis (sekularisme, pluralisme dan liberalisme). Kalau pluralism mungkin masih dapat diterima dan masih menjadi perdebatan, tetapi untuk sekularisme dan liberalisme sudah mmutlah adalah tantangan Muhammadiyah, karena letak kajian untuk itu sudah tidak ditopang oleh wahyu. Kemudian tantangan lain yang mesti siap dihadapi pula penetrasi ideologi besar dunia seperti kapitalisme, sosialisme dan komunisme. Makanya dengan kondisi ini kita mesti berbuat, butuh penguatan kaderisasi dan organisasi yang efektif dalam menjawab itu semua. Kemudian rekomendasi lain, bahwa perkaderan harus lebih diperkuat lagi dengan penciptaan dan pengorintasian kadernya, baik sebagai kader umat, bangsa maupun persyarikatan. AMM harus mengisi trias politika, eksekutif, legislative dan yudikatif. Karena berangkat dari sejarah serta apa yang menjadi kebutuhan bangsa, idealnya kaderlah yang menjadi kebutuhan bangsa ke depan. (Kasri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar